Malam
Kekasih setia tak pernah padam
Selimut hangat
Yang memelukku sebelum terang
Kujanjikan kau tenang
Sebelum kokok ayam diperlintasan teram
Di sana
Secuil percik memancar
Teram temaram lampu atap biru
Lihat
Semua bukan ulahmu
Tuhan lah yang berhak atas itu
Pengatur korden-korden rindu semu
Malam
Selembar kain hitam
Mengurungku seperti drama panggung
Adegan satu hilang
Yang dua datang
Silih berganti
Sampai esok
Sampai aku tak tau kapan waktu
Sungguh engkaulah
bukan lain lagi di hati
Pucuk asmara
Lorong-lorong mencekam
Seperti itulah aku bicara pada malam
Selalu kutemukan kejelasan tentang kehidupan
Katakataku yang tak terlalu manis juga tak pedas
Menghantarkan setiap jengkal ucapan
Tak merdu
Pun sumbang pastinya
Namun malam tetap menyukainya. Hanya dia
Ya hanya dia yang tau ketololanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar